Dari tanggal 17 hingga 18 November 2018, Kongres Dunia Pengobatan Tradisional Tiongkok ke-15, diselenggarakan oleh Federasi Dunia Perhimpunan Pengobatan Tradisional Tiongkok (WFCMS = World Federation Chinese Medicine Societies), diadakan di Roma, Italia. Perwakilan dari kelompok pengobatan Tiongkok dari negara dan wilayah dari lima benua bersama-sama mendiskusikan situasi yang dihadapi perkembangan internasional pengobatan tradisional Tiongkok yang berpusat pada tema “TCM go global untuk membangun komunitas masa depan bersama untuk kesehatan dan kesejahteraan”. Mengumumkan dan mengusulkan bahwa 11 Oktober setiap tahun ditetapkan sebagai “Hari Pengobatan Tradisional Tiongkok Sedunia”.
11 Oktober tahun ini adalah peringatan pertama berdirinya “Hari Pengobatan Tradisional Tiongkok Sedunia”. Untuk memperkuat persatuan praktisi pengobatan tradisional Tiongkok di seluruh dunia, membentuk konsensus, menyatukan kekuatan, terbuka dan inklusif, dan lebih lanjut mempromosikan pengembangan pengobatan tradisional Tiongkok, WFCMS akan menyatukan semua unit terkait untuk mengatur dan meluncurkan acara untuk peringatan pertama tentang penetapan “Hari Pengobatan Tradisional Tiongkok Sedunia” untuk mempromosikan pengembangan pengobatan Tiongkok pada tingkat yang lebih tinggi di dunia untuk kepentingan umat manusia. Penyelenggaraan “Hari Pengobatan Tiongkok Sedunia” melalui berbagai kegiatan tematik untuk memberikan kontribusi bagi pengobatan tradisional Tiongkok untuk lebih melayani masyarakat global dan memberi manfaat bagi kesehatan umat manusia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO/World Health Organization) merilis Klasifikasi Penyakit Internasional (International Classification of Diseases ke-11/ICD-11) pada 18 Juni 2018 dan dipresentasikan di WHO World Health Assembly ke-72, di Geneva, Swiss, pada 20-28 Mei 2019.
ICD adalah dasar untuk mengidentifikasi tren dan statistik kesehatan di seluruh dunia, dan memuat sekitar 55.000 kode unik untuk cedera, penyakit, dan penyebab kematian, juga merupakan alat pengkode statistik kesehatan yang bertujuan untuk menggambarkan entitas yang menantang untuk diukur dan bahkan lebih bermasalah untuk distandarisasi — kondisi manusia. Sejarah ICD dimulai dari Inggris abad ke-16 di mana penyebab kematian dari abad pertengahan yang jelas (penyakit kudis, kusta, dan wabah) diumumkan oleh London Bills of Mortality setiap minggu.
Dengan dirumuskannya ICD yang di dalamnya merumuskan banyak hal untuk memahami penyakit dan penyebab kematian, sehingga bisa diketahui tindakan untuk mencegah penyebaran penyakit dan menyelamatkan banyak nyawa. Dalam ICD-11, WHO mengeluarkan terobosan baru membahas tentang pengobatan tradisional, termasuk Pengobatan Tradisional Tiongkok (Traditional Chinese Medicine/TCM).
Pengobatan Tradisional Tiongkok secara mendasar membentuk dasar dari semua praktik perawatan kesehatan tradisional yang berlaku di Wilayah Asia Timur dengan perbedaan regional kecil untuk mengakomodasi tradisi lokal. Tiongkok, Korea, dan Jepang berbagi pengetahuan umum tentang perawatan kesehatan tradisional yang didominasi oleh TCM. Di sana kesamaan budaya membantu mereka bersatu dalam hal isu-isu yang menjadi perhatian bersama dan perawatan kesehatan tradisional yang lazim di wilayah ini muncul sebagai ikatan kohesif alami di antara mereka.
ICD-11 ini adalah kesempatan pertama Pengobatan Tradisional diberi pengetahuan penuh di WHO untuk berperan dalam perspektif perawatan kesehatan global. Meskipun pencapaian ini saat ini hanya mengacu pada Pengobatan Tradisional Cina (TCM), ini tetap membuka pintu untuk mengakomodasi banyak filosofi perawatan kesehatan tradisional lain yang berkembang secara global, salah satunya Ayurveda yang berkembang juga di Indonesia khususnya di Bali, dan mungkin suatu saat filosofi Kesehatan Tradisional Indonesia (KESTRADINDO) yang telah dimulai di Universitas Katolik Darma Cendika Surbaya dengan prodi D4 Akupunktur dan Pengobatan Herbal dan S1 Profesi Kestradindo di UPN Jakarta.
Pada tahun 2015, Mr. Tu Youyou yang bekerja di China Academy of Chinese Medical Sciences, di Beijing, mendapatkan Penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi Kedokteran atas penemuannya mengekstrak zat artemisinin dalam menghambat parasit malaria. Sehingga meningkatkan kelangsungan hidup dan kesehatan jutaan manusia.
Pemberian Nobel tersebut membuat banyak orang, khususnya dunia ilmu kesehatan dan kedokteran tersentak. Pembicaraan dan praktek Traditional Chinese Medicine semakin menguat di berbagai negara. Selain manfaat pengobatan yang bisa dirasakan, harga yang relatif terjangkau dibanding pengobatan umum juga menjadi pendorong cepatnya penyebaran praktek Traditional Chinese Medicine di berbagai belahan dunia, dan juga di Indonesia.
Praktisi pelayanan kesehatan tradisional Tiongkok (Tionghoa) Indonesia, menurut penelusuran pakar dan peneliti dari Depkes RI, dr. Benyamin Lumenta, keberadaan ahli kesehatan tradisional Tiongkok sudah ada sejak tahun 1650 di Batavia (B. Lumenta, 1989).
Walaupun pada awalnya pelayanan kesehatan tradisional Tiongkok lebih banyak ditujukan kepada masyarakat Tionghoa di Indonesia, mengikuti perkembangan jaman dan bukti khasiat dari pengobatan tradisional Tiongkok, maka pelayanan kesehatan tradisional Tiongkok pun mulai dicari dan diberikan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Demikian pula untuk para praktisi ilmu kesehatan tradisional Tiongkok, apabila dulu lebih banyak diajarkan atau pun dipelajari oleh komunitas Tionghoa di Indonesia, sekarang juga mulai dipelajari oleh mereka yang di luar komunitas Tionghoa.
Mulai tahun ajaran 2019, di Universitas Katolik Darma Cendika, Surabaya – Indonesia, telah dibuka program studi Diploma 4 (D4) Akupunktur dan Pengobatan Herbal yang tidak hanya mengajarkan mahasiswa/I ilmu kesehatan tradisional Tiongkok yang meliputi akupunktur dan herba Tiongkok, akan tetapi juga diajarkan ilmu kesehatan tradisional Indonesia, seperti pijat tradisional untuk dewasa dan bayi serta jamu tradisional Indonesia. Di Cikarang Institut Medika Drg. Suherman, mulai tahun ajaran 2019 juga telah dibuka program studi Diploma 4 (D4) Pengobatan Tradisional Tiongkok.
Untuk mendukung usaha pemerintah Indonesia dalam menyelaraskan pengembangan pelayanan kesehatan tradisional yang aman, bermutu, efektif dan terjangkau, maka kami komunitas Tenaga Kesehatan dan Penyehat Tradisional Tiongkok Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2019 ikut serta bersama-sama dengan komunitas dunia menyelenggarakan “Hari Pengobatan Tradisional Tiongkok Sedunia”, yang akan diselenggarakan pada :
Hari, Tanggal : Minggu, 20 Oktober 2019
Waktu : 09:00 – 16:00
Tempat : Universitas Katolik Darma Cendika