Di dunia Arsitektur yang terus berkembang, kolaborasi antara akademisi dan praktisi sangat penting untuk menciptakan inovasi yang berarti. Salah satu contoh nyata dari sinergi ini adalah peluncuran buku arsitektur terbaru berjudul ‘NataBata 2’, yang ditulis oleh Anas Hidayat dengan Andy Rahman .

Anas Hidayat sendiri merupakan dosen Progam Studi Arsitektur Universitas Katolik Darma Cendika (UKDC). Sebagai seorang dosen arsitektur di UKDC, ia bukan hanya memiliki keterampilan dalam desain, tetapi juga keterampilan dalam menulis buku.

Grand laundching buku ‘NataBata 2’ ini diadakan di Fakultas Teknik Arsitektur ITS, pada tanggal 12 Oktober 2024. Antusias mahasiswa dan dosen yang menghadiri acara grand launching, yang ditulis Anas Hidayat menjadi sebuah momentum berharga bagi para Arsitektur Indonesia.

Buku ini tidak hanya menyajikan desain yang menabjubkan, tetapi juga memperkarya wawasan pembaca tentang konsep dan praktik batu bata yang dirancang oleh Andy Rahman. Buku ‘NataBata 2’ merupakan kelanjutan dari karya sebelumnya berjudul ‘NataBata 1’ yang mendapatkan sambutan positif dari para pembaca. Kehadiran banyak peseta dalam grand launching ini juga mencerminkan tinggi minat terhadap perkembangan arsitektur di Indonesia.

Dalam Buku ini Anas Hidayat dan Andy Rahman mengajak pembaca untuk menjelajahi berbagai aspek arsitektur yang mencakup variasi batu bata. Selain itu, buku ‘NataBata 2’ memberikan Gambaran bagaimana ekosistem arsitketur terbentuk dan merupakan hal penting dalam sebuah desain.

Terutama dibutuhkan pada designer maupun arsitek, begitu juga pengerajin dan para tukang. Pada bagian proses desain yang dilakukan oleh Andy Rahman Architect ini dilakukan secara organic, dengan tujuan awal yakni untuk mendesain atau mengekplor. Untuk itulah dalam desain yang dirancang munculah bentuk bentuk bata yang Variatif, kemudian dengan hasil dibuatkan buku ke-2 dari buku natabata pertama.

“Buku ini merupakan Upaya untuk lebih menghormati tanah. Tanah subur yang biasanya digunakan kini digantikan dengan tanah yang kurang subur untuk membuat bata. Kami menawarkan penggunaaan berbagai bahan baku yang berbeda, proses yang variative, tidak eksploitatif, dan lebih ramah lingkungan,” Ujar Anas.  -sc-