Kepemimpinan bukan hanya tentang jabatan, tetapi tentang pengaruh, keteladanan, dan keberanian untuk membawa perubahan. Dalam rangka menyiapkan generasi pemimpin masa depan, UKDC kembali menyelenggarakan Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa Tingkat Menengah (LKMM-TM) sebagai bagian dari rangkaian pembinaan karakter dan kepemimpinan mahasiswa.
Dengan mengangkat tema “Lead the Change, Shape the Future”, kegiatan ini menjadi wadah strategis bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan berpikir kritis, kecerdasan emosional, serta keterampilan memimpin secara kolaboratif dan visioner.
Pelatihan ini dirancang sebagai kegiatan wajib bagi mahasiswa angkatan 2024 yang telah menyelesaikan LKMM-TD, sekaligus menjadi salah satu syarat akademik yang menekankan pentingnya pengembangan soft skill di luar ruang kelas.
Kegiatan ini diselenggarakan selama dua hari, 21–22 Juni 2025, bertempat di Vidya Loka Lantai 2 Kampus UKDC. LKMM-TM 2025 dihadiri oleh ratusan peserta dengan semangat dan antusiasme tinggi. Rangkaian kegiatan yang disiapkan tidak hanya berfokus pada penyampaian materi, tetapi juga pembentukan karakter melalui dinamika kelompok dan kegiatan lapangan yang bermakna.
Sesi pertama dibuka oleh Deddy Febrianto, alumni UKDC sekaligus Ketua Ikatan Alumni UKDC, yang membawakan materi berjudul “Critical & Logical Thinking as a Leader”. Dalam penyampaiannya, Deddy menekankan pentingnya pola pikir kritis dan logis dalam proses pengambilan keputusan sebagai pemimpin.
Ia mengajak para peserta untuk berpikir sistematis, menyusun solusi yang efektif, serta berani menghadapi tantangan secara rasional dan terencana. Materi ini menjadi fondasi penting dalam membentuk pemimpin yang tidak hanya bergerak berdasarkan intuisi, tetapi juga berdasarkan analisis yang matang.
Sesi selanjutnya dilanjutkan oleh sosok inspiratif dari dunia kuliner dan media, Stephanie Jane Sutanto, yang dikenal sebagai Finalis MasterChef Indonesia Season 12. Ia membawakan materi bertajuk “Emotional Intelligence in Leadership”, sebuah tema yang menggugah kesadaran peserta akan pentingnya kecerdasan emosional dalam memimpin.
Dalam pemaparannya, Jane membagikan pengalaman pribadi dan refleksi mendalam tentang bagaimana seorang pemimpin harus mampu memahami dan mengelola emosinya sendiri, sekaligus membina hubungan yang sehat dan produktif dengan orang lain.
Dalam sesi tersebut, Jane menekankan bahwa kecerdasan emosional adalah fondasi penting dalam membentuk kepemimpinan yang otentik dan berpengaruh. Ia mengutip sebuah pernyataan yang membekas kuat dalam benak peserta.

“Bos belum tentu bisa menjadi pemimpin, tetapi pemimpin pasti akan menjadi bos,” ujar Jane dalam pemaparannya.
Pernyataan ini menjadi penegasan bahwa kepemimpinan sejati bukan tentang kekuasaan, tetapi tentang kemampuan memengaruhi, melayani, dan menginspirasi orang lain.
Sebagai penutup sesi materi hari pertama, hadir Bimo, perwakilan dari tim Atmanara, yang membawakan topik sentral dari keseluruhan tema LKMM-TM, yakni “Lead the Change, Shape the Future”. Dalam penyampaian yang dinamis dan memotivasi, Bimo mendorong para peserta untuk mulai berani menjadi agen perubahan, bahkan dari langkah-langkah kecil di lingkungan kampus. Ia mengajak mahasiswa untuk tidak hanya menjadi pengikut arus, tetapi menjadi pemimpin yang membentuk arah dan masa depan.
Hari pertama ditutup dengan refleksi bersama dan diskusi kelompok. Para peserta diajak untuk meresapi kembali nilai-nilai kepemimpinan yang telah mereka pelajari dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan nyata sebagai mahasiswa dan calon pemimpin bangsa.
“LKMM-TM membuka mata saya bahwa menjadi pemimpin itu bukan tentang posisi, tapi tentang tanggung jawab dan keberanian untuk berubah dan membawa perubahan,” ujar Firdausi salah satu peserta LKMM-TM.
Berbeda dengan hari pertama, kegiatan hari kedua dikemas secara dinamis melalui aktivitas fisik outbound. Tim Atmanara kembali hadir sebagai fasilitator sekaligus pengelola dinamika kelompok yang membawa peserta melewati berbagai pos permainan. Setiap permainan dirancang untuk menguatkan nilai-nilai kerja sama, komunikasi efektif, pengambilan keputusan, serta penerapan tema kepemimpinan.
Tak hanya bermain, setiap kelompok juga ditantang untuk menampilkan pertunjukan kreatif seperti drama, puisi, bernyanyi, hingga tari, yang dipersembahkan di hadapan panitia dan peserta lainnya. Kegiatan ini menjadi ruang ekspresi sekaligus penutup yang meriah dan berkesan.
Kegiatan LKMM-TM 2025 bukan sekadar pelatihan kepemimpinan biasa, melainkan sebuah proses pembelajaran yang menyeluruh menyentuh aspek intelektual, emosional, dan sosial para mahasiswa. Selama dua hari penuh, para peserta dibekali dengan wawasan, pengalaman, serta dinamika kelompok yang menantang namun membangun. Materi dari para narasumber yang inspiratif membuka cara pandang baru tentang kepemimpinan yang visioner, inklusif, dan berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan.
Stephanie Chrismandani