Mahasiswa UKDC Surabaya yang melakukan pengabdian masyarakat di Kampung Tempe Surabaya.

SURYA.co.id | Tempe adalah salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia. Makanan berbahan baku kedelai ini mudah ditemui di mana saja dan di setiap daerah di Indonesia, tak terkecuali di kota Surabaya.

Di Surabaya, salah satu tempat yang dikenal sebagai kampung tempe atau sentra penghasil tempe, adalah di jl Tenggilis Kauman gang buntu.

Sebutan sebagai kampung tempe sudah disandang sejak lama karena seluruh keluarga yang ada memproduksi tempe.

Namun, saat ini produsen tempe yang tersisa di sana tinggal 5 keluarga.

Selama ini kampung tempe menjadi tempat rujukan bagi negara lain yang ingin belajar dan mengetahui lebih jauh tentang cara pengolahan tempe, maka dapat dikatakan bahwa keberadaan kampung tempe sangat penting dan harus dilestarikan.

Kampung tempe saat ini tidak hanya memproduksi tempe tetapi juga menghasilkan produk dari bahan baku kedelai dan tempe, seperti susu kedelai, kripik tempe, nugget tempe, dan brownies tempe.

Berdasarkan hasil analisis sosial yang dilakukan oleh kelompok pengabdian masyarakat mahasiswa Universitas Katolik Darma Cendika (UKDC) Surabaya, ditemukan berbagai permasalahan yang dihadapi pengusaha tempe.

Salah satu yang utama adalah sulitnya memasarkan hasil olahan produk tempe.

Dulu produsen tempe bisa mengolah kedelai sebanyak 6 kwintal tapi sekarang rata-rata hanya 1-2 kwintal saja.

Oleh karena sangat diperlukan adanya tempat pemasaran bagi hasil produksi tempe seperti memasukkan ke hotel dan rumah makan.

Selain itu, masalah lainnya adalah pada bahan baku kedelai.

Harga kedelai yang tidak stabil di pasar mengakibatkan munculnya masalah yang berdampak di proses produksi dan penentuan profit yang di dapat, serta penentuan harga pokok produksi yang menjadi dasar penentuan harga jual.  

Oleh karena itu, mahasiswa melakukan pendampingan bagi para produsen tempe dalam bentuk memberikan masukan terkait pemasaran, seperti mendesain label, dan banner yang diperlukan dalam memasarkan produk tempe serta mempromosikan produk tempe melalui media sosial sehingga semakin banyak masyarakat yang mengetahui keberadaan kampung tempe ini.

Selain itu juga dilakukan pendampingan dalam menghitung biaya produksi tempe yang nantinya dapat membantu para pengerajin dalam menetapkan harga jual tempe.

Diharapkan dengan dilakukan pemasaran yang baik dan benar serta dapat mengetahui biaya produksi yang dikeluarkan, nantinya akan diketahui harga jual tebaik sehingga diperoleh keuntungan yang sesuai harapan untuk meningkatkan pendapatan para produsen tempe di Kampung Tempe sehingga berdampak terhadap semakin berkembangnya eksistensi kampung tempe tersebut.

 Penulis : Togap Parningotan N, Mahasiswa Universitas Katolik Darma Cendika (UKDC) Surabaya.

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Mahasiswa UKDC Surabaya Belajar dan Sharing Pengetahuan di Kampung Tempe Surabaya, https://surabaya.tribunnews.com/2019/06/21/mahasiswa-ukdc-surabaya-belajar-dan-sharing-pengetahuan-di-kampung-tempe-surabaya?page=2.

Editor: Eben Haezer Panca