Ajang debat mahasiswa tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Sultan Ageng Tirtayasa berhasil menarik perhatian publik akademik setelah mempertemukan sejumlah perguruan tinggi dari berbagai daerah. Kompetisi bergengsi yang memperebutkan Piala Bergilir Gubernur Banten ini diikuti oleh beberapa universitas ternama, di antaranya Universitas Padjajaran, Universitas Majalengka, Universitas Pamulang, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Universitas Tanjungpura, Universitas Ahmad Dahlan, serta Universitas Katolik Darma Cendika (UKDC).
Kegiatan berlangsung selama dua hari, pada tanggal 27-28 November 2025, dengan mengusung tema besar: “Mewujudkan SDG’s melalui Kolaborasi Stakeholder dalam Menciptakan Pendidikan Bermutu untuk Mencapai Indonesia Emas 2025.” Tema ini menjadi dasar bagi setiap mosi debat yang mendorong mahasiswa menggagas solusi inovatif di bidang pendidikan nasional.
Langkah UKDC Menuju Final, pada babak penyisihan pertama, UKDC menghadapi tuan rumah Tim Abinawa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan mosi: “Dewan ini percaya bahwa sistem zonasi pendidikan harus dievaluasi secara menyeluruh karena berpotensi menghasilkan ketidakadilan bagi siswa di wilayah tertentu.” Melalui argumentasi yang tajam, struktur logis, serta respons sanggahan yang kuat, UKDC berhasil memenangkan pertandingan pertama.
Memasuki babak penyisihan kedua, FH UKDC yang didampingi oleh dosen pendamping, Frans Sahala Pranata Simbolon, SH., M.H, kembali berhadapan dengan tuan rumah melalui Tim Arkana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Kali ini mosi yang diusung adalah “Dewan ini mendukung prioritas pada beasiswa berbasis prestasi, karena akan lebih mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia daripada beasiswa yang berfokus pada kebutuhan finansial.” Dengan performa konsisten, UKDC kembali meraih kemenangan, sekaligus memastikan langkah mereka menuju semifinal. Pada babak semifinal, UKDC untuk ketiga kalinya menghadapi tim tuan rumah, yakni Tim FEB Supremacy Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Mosi debat yang diangkat adalah “Dewan ini akan mewajibkan pendidikan dasar hingga menengah atas sepenuhnya gratis dan dibiayai penuh oleh negara.” Pertarungan berjalan sengit, namun UKDC kembali menunjukkan keunggulan argumentatif dan berhasil memastikan diri lolos ke babak final.

Pada babak Final UKDC mempertemukan dua tim terbaik Tim UKDC dan Tim Tan Malaka Universitas Pamulang. Pada babak final, kedua tim membahas mosi: “Dewan ini tidak percaya bahwa kehadiran AI dapat menghambat pemikiran kritis bagi mahasiswa.” Dalam adu argumen yang berlangsung intens dan dinamis, tim UKDC yang diperkuat oleh Yonatan Syahlendra, Defrin Fortinius Ziliwu, dan Awal Berlin Zamasi tampil sangat meyakinkan dan merebut perhatian para dewan juri. Ketiganya mampu menggabungkan analisis mendalam, retorika kuat, serta kemampuan klarifikasi yang tepat sasaran. Hasil akhir menempatkan Tim Universitas Katolik Darma Cendika sebagai Juara 1 ajang debat nasional tersebut. Tidak hanya meraih gelar juara utama, UKDC juga membawa pulang penghargaan Best Speaker yang berhasil diraih oleh Defrin Fortinius Ziliwu.
Kemenangan tim FH UKDC sekaligus mengukuhkan posisi mereka sebagai salah satu tim debat mahasiswa terbaik di tingkat nasional. Selain membawa pulang Piala Bergilir Gubernur Banten dan juga mendapatkan penghargaan Best Speaker, prestasi ini diharapkan menjadi motivasi bagi mahasiswa di berbagai perguruan tinggi untuk terus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan berkontribusi bagi kemajuan pendidikan Indonesia.