Universitas Katolik Darma Cendika (UKDC) kembali menyelenggarakan program pembinaan karakter tahunan Weekend Moral 2025, yang berlangsung pada 1–2 November 2025 di Gedung Vidya Loka lantai 2 dan 3. Kegiatan ini mengangkat tema “Antara Kecerdasan Mahasiswa & Kecerdasan Buatan”, sebuah tema yang diambil dari kegelisahan nyata mengenai perubahan pola belajar mahasiswa akibat pesatnya perkembangan teknologi, terutama Artificial Intelligence (AI). Melalui kegiatan ini, UKDC ingin mengajak mahasiswa untuk kembali menyadari bahwa kecerdasan manusia adalah anugerah berharga yang tidak boleh dibiarkan tergerus oleh ketergantungan pada teknologi.

Weekend Moral 2025 diperuntukkan bagi mahasiswa UKDC yang telah lulus dari Latihan Keterampilan Manajemen Tingkat Menengah (LKM-TM) dan belum pernah mengikuti Weekend Moral sebelumnya. Acara dibuka dengan sambutan resmi dari Wakil Rektor III, yang menegaskan bahwa universitas memiliki tanggung jawab moral untuk membentuk pribadi mahasiswa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bijak dalam memanfaatkan teknologi. Dalam sambutannya, beliau menekankan bahwa teknologi seharusnya menjadi alat bantu, bukan pengganti, bagi proses berpikir, kreativitas, dan karakter manusia.

Selama dua hari pelaksanaan, para peserta mengikuti rangkaian materi yang disampaikan oleh narasumber dari berbagai bidang. Materi pertama mengajak peserta memahami fenomena AI dalam konteks misinformasi dan deepfake, serta bagaimana teknologi ini dapat memengaruhi cara manusia menerima informasi dan membentuk persepsi. Selanjutnya, peserta diajak membahas hubungan antara AI, ekonomi, dan tenaga kerja, dengan penekanan bahwa transformasi digital telah mengubah struktur pekerjaan dan menuntut generasi muda untuk siap beradaptasi secara berkelanjutan.

Pada sesi berikutnya, diskusi berfokus pada relasi antara AI, manusia, dan lingkungan, membuka wawasan peserta bahwa pemanfaatan teknologi juga memiliki implikasi ekologis yang perlu dipertimbangkan. Narasumber selanjutnya membahas peran AI dalam dunia pendidikan, terutama bagaimana teknologi dapat membantu proses belajar namun juga berpotensi menurunkan kemampuan bernalar ketika digunakan secara berlebihan.

Materi terakhir menghadirkan refleksi spiritual tentang hubungan manusia, teknologi, dan Tuhan, mengingatkan peserta bahwa setiap perkembangan teknologi tetap harus ditempatkan dalam nilai moral dan kesadaran iman yang bertanggung jawab.

Setiap sesi materi disertai dengan aktivitas remah-remah refleksi, yaitu kegiatan merenungkan kembali inti materi yang telah dipaparkan dan menuliskannya dalam bentuk catatan pribadi. Setelah itu, peserta membagikan pemahamannya dalam sesi sharing kelompok kecil, yang dipandu oleh fasilitator.

Kegiatan ini dirancang agar mahasiswa tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi benar-benar memaknai setiap pembahasan melalui proses dialog, introspeksi, dan pengalaman pribadi. Melalui sharing, mahasiswa saling memperkaya cara pandang, belajar dari cerita satu sama lain, dan menemukan pemahaman baru mengenai peran teknologi dalam kehidupannya.

Selain aktivitas refleksi, peserta juga mengikuti diskusi kelompok besar dan sesi “Membangun Niat Diri,” yaitu kegiatan yang mendorong mahasiswa untuk menetapkan sikap konkret dalam menggunakan AI secara bijak, bertanggung jawab, dan selaras dengan nilai kemanusiaan. Pada bagian ini, mahasiswa ditantang untuk melihat kembali kebiasaan mereka selama ini, terutama kecenderungan menggunakan AI sebagai jalan pintas akademik, dan diarahkan untuk membangun komitmen pribadi agar tetap mengutamakan proses, kreativitas, dan integritas.

Melalui seluruh rangkaian kegiatan ini, UKDC menegaskan kembali bahwa kecerdasan buatan bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti, tetapi harus ditempatkan pada perannya sebagai alat yang mendukung perkembangan manusia. Dengan pemahaman yang benar, AI dapat menjadi medium untuk memperkuat kreativitas dan memperluas wawasan, bukan menggantikan proses berpikir manusia.

Weekend Moral 2025 diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran baru dalam diri mahasiswa bahwa perkembangan teknologi harus selalu diimbangi dengan kebijaksanaan, nilai moral, dan tanggung jawab sebagai insan akademik yang berintegritas.
(Stephanie Chrismandani)